Visi

Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi internasional dan seni budaya menuju sekolah unggul yang berwawasan internasional.

Indikator Visi

1. Tertingkatnya akhlak bagi siswa. 2. Tertingkatnya prestasi siswa pada bidang sains, teknik, komunikasi intenasional dan seni. 3. Tertingkatnya status sekolah menjadi sekolah bertaraf internasional.

SMA Negeri 2 Kotaagung

Melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pelayanan yang optimal sehingga terbentuk insan yang berprestasi dalam segala bidang.

SMA Negeri 2 Kotaagung

Membudayakan perilaku santun, jujur, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Foto Bersama jajaran Staff Guru SMA Negeri 2 Kotaagung

Fto Kenangan Bersama Bp. Heru Suprapto

Senin, 11 Maret 2013

Mengatur Penggunaan Waktu

Mengatur Penggunaan Waktu
clock
Pernahkah mendengar Standford Experiment Marshmallow ? Eksperimen ini dilakukan oleh Prof. Walter Mischell dari Universitas Stanford pada tahun 1972. Ia menggunakan sekelompok anak berusia empat tahun-an. Masing-masing anak diberi marshmallow yang siap dimakan. Namun, sang professor berjanji akan memberi marshmallow yang lebih banyak jika bisa menahan untuk tidak makan marshmallow ketika sang professor datang lagi dua puluh menit kemudian. Setelah ditinggal oleh sang professor, beberapa anak berhasil menahan untuk tidak memakan marshmallow yang disediakan, namun ada juga anak yang tidak tahan dengan godaan kelezatan marshmallow. Anak yang berhasil tidak memakan marshmallow dan menunda kesenangannya mendapatkan marshmallow yang lebih banyak. Sebaliknya anak yang tidak tahan untuk “bersenang-senang”, hanya mendapatkan kesenangan sesaat itu saja tanpa ada kesenangan yang berlebih.
            Eksperimen tidak hanya berhenti sampai di sini. Menjelang remaja, peserta eksepermine itu dipantau hasil ujian di sekolahnya. Hasilnya mengejutkan. Siswa yang bisa menunda kesenangan mempunyai kepribadian yang lebih baik, emosi yang lebih stabil, dan hasil ujian di sekolah jauh lebih baik dibandingkan anak yang hanya memikirkan kesenangan sesaat.
            Ekseperimen yang juga dikenal sebagai Delayed Gratification Experiment ini bisa memberi banyak pelajaran pada siswa. Salah satunya adalah pelajaran “tunda kesenangan sekarang karena esok akan mendapatkan Ilustrasikesenangan yang lebih besar”. Bagi siswa, terutama yang sekarang duduk di kelas XII, tentu sudah punya keinginan besar untuk menduduki salah satu bangku perguruan tinggi lewat SNMPTN. Salah satu tantangan terbesar adalah mengatur waktu agar siswa bisa memanfaatkan  waktu dengan baik. Jika tidak baik pengaturannya, penyesalan yang akan didapat dan sesal hanya ada di akhir cerita. Banyak godaan yang harus dihadapi selama mempersiapkan SNMPTN. Bermain-main yang tidak perlu, chatting sesama temanyang memakan waktu, ber-social-networking yang kadang melupakan waktu. Namun, pelajaran dari sang professor di atas sudah jelas. Tundalah kesenangan itu, karena jika bisa menunda kesenangan yang tidak perlu, kesenangan yang lebih besar akan menanti para siswa semuanya. (AH)

sumber :  http://www.ganesha-operation.com

INFORMASI SNMPTN 2013

Seleksi masuk PTN 2013 terbagi menjadi 3 jalur, yaitu SNMPTN (Jalur Undangan), Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN), dan Ujian Mandiri.
SNMPTN merupakan seleksi berdasarkan nilai rapor dan prestasi lainnya selama pendaftar menempuh pendidikan di SMA atau yang sederajat. Ada pun tahap pelaksanaan SNMPTN adalah sebagai berikut:
     a.     Pendaftaran   : 1 Februari – 8 Maret 2013.
     b.     Pengumuman: 28 Mei 2013. 
     c.     Pendaftaran ulang: 11-12 Juni 2013.
SBMPTN merupakan seleksi yang dilakukan lewat ujian tulis dan dilakukan secara nasional secara bersama-sama. Pelaksanaan SBMPTN diprediksi tanggal 11-12 Juni 2013.
Ujian Mandiri dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing PTN.

Emosi positif sebagai motor perubahan

Perubahan dalam organisasi sudah jamak dibicarakan. Demi keberlangsungan dan pertumbuhannya, organisasi dituntut untuk melakukan berbagai perubahan. Bahkan seringkali pilihannya adalah yang bersifat transformatif, perubahan yang bersifat fundamental. Yang belum banyak yang dibicarakan adalah, seperti apa peran emosi positif dalam proses perubahan ini. Artikel ini membahas bagaimana emosi positif berperan dalam interaksi positif karyawan. Interaksi ini menjadi kunci penting perubahan transformatif, karena mengubah sudut pandang, pemahaman, dan penginterpretasian karyawan. Tiga hal ini mutlak untuk satu perubahan transformatif.
Sudut pandang, pemahaman dan penginterpretasian baru dibutuhkan karena perubahan transformasional bukan sekadar memperbaiki yang sudah berjalan. Tapi, merupakan upaya sengaja dan kontinu dalam menciptakan pengorganisasian baru. Makanya perubahan ini tidak bisa dilakukan dengan bombardir perintah dari para pemimpin organisasi. Karena bersifat generatif, maka ia harus dibangun dari tujuan dan makna baru organisasi yang didukung oleh karyawan. Sisi positif dan aspek kekuatan karyawan dan organisasi harus jadi landasan tujuan dan makna baru ini. Di sinilah emosi positif memainkan perannya.
Emosi positif akan menghadirkan iklim positif di organisasi yang pada saatnya memperluas dan membangun kekuatan hubungan antar karyawan. Dengan kondisi ini, kapasitas individu sekaligus organisasi secara kolektif menjadi meningkat. Konsep efek broaden and build dari teori emosi positif, jadi relevan menjelaskan upaya penciptaan iklim positif ini.
Efek broaden akan mendorong karyawan menjadi lebih inklusif dan saling memberdayakan. Perbedaan antara “aku” dan “orang lain” menjadi blur. Karyawan akan lebih fleksibel dalam saling bantu dan respect. Mereka terdorong untuk berbagi hal-hal positif yang memudahkan pengidentifikasian sesuatu yang baru dan bernilai bagi organisasi. Mereka berkolaborasi menggarisbawahi hal baru yang menguatkan organisasi, disamping mencatat masalah-masalah dan gejala disfungsional yang ada. Hal baru yang inovatif tadi, bisa muncul karena emosi positif membuka wawasan penemuan dan interaksi yang terjadi akan menstimulasi gagasan yahud. Metode, cara kerja yang tak biasa tapi manjur bisa muncul. Yang tak kalah penting pula, hubungan positif yang tercipta pada saatnya akan berkontribusi pada harapan, optimisme, dan resiliensi karyawan menghadapi kendala-kendala saat mengusahakan penguatan tadi/menjalankan tadi. Ketika inilah efek build dari emosi positif bekerja.
Build effect bekerja dalam membangun kapasitas individu dan hubungan sosial. Kapasitas dan hubungan ini, selama emosi positif tadi memancar, akan terus bertambah dan berfungsi optimal. Suasana saling apresiatif yang sudah tercipta akan membuat para karyawan semakin tertarik untuk bekerja sama dan menstimulasi keinginan mencapai tujuan bersama tadi. Pengalaman positif masing-masing individu akan berakumulasi menambah rasa saling percaya dan akhirnya memadukan kekuatan organisasi..
Bila efek broaden dan build ini sudah hadir, bisa dibayangkan, potensi untuk menjalankan dan sukses dengan perubahan transformasional menjadi besar sekali. Sisi unggul organisasi akan menyeruak dari setiap bagian, kelompok atau unit. Walaupun upaya perubahan ini belum tentu mudah atau lancar, emosi positif dan efek yang menyertainya akan membukakan jalan dan memuluskan keberhasilannya.

sumber : http://taufiqamir.blogspot.com

PENTINGNYA MENGENALI BAKAT, POTENSI DAN PENDIDIKAN ANAK UNTUK MERAIH PRESTASI PUNCAK

Di Tulis Oleh : Drs. H. Kalis Purwanto, MM.
I. Pendahuluan

Berbicara pendidikan adalah berbicara tentang masa depan. Berbicara anak adalah berbicara tentang penerus sejarah. Berbicara pendidikan anak adalah berbicara tentang proses pembuatan sejarah. Setiap orang ingin menulis sejarah dan meninggalkan sejarah baiknya. Begitulah kata-kata orang bijak yang sering kita dengar. Ada lagi suara orang tua; Anakku adalah buah hati belahan jantung penerus cerita penyambung sejarah. Ia bagaikan mutiara yang kusimpan dalam kantung beludru, kantungnya dalam kotak terkunci, kotaknya dalam almari, almarinya terkunci, almarinya dalam kamar, kamarnya terkunci. Begitu seterusnya yang intinya menggambarkan bahwa anak adalah mutiara yang paling berharga dan perlu penjagaan yang teramat ketat.
Sisi yang lain setiap orang tua selalu membanggakan anaknya. Beruntung jika orang tua dikaruniai anak yang berbakat. Pakar keberbakatan Dr. Reni Akbar Hawari mengingatkan bahwa jumlah anak berbakat tidak sampai 3 persen dari populasi anak. Angka tersebut tentu masih debatable namun perlu kita maknai bahwa anak berbakat memang sedikit jumlahnya. Yang perlu disadari lagi adalah setiap anak memang unik. Mereka lahir dengan membawa bakat dan potensinya masing-masing. Tidak ada dua orang di dunia ini yang sama persis bahkan kembar identik identik sekalipun. Tuhan Mahasempurna mendsain detail demi detai ciptaan-Nya sehingga akal manusia tidak mampu menjangkaunya. Sebagai manusia kita hanya bisa berucap “Sungguh Engkau telah menyempurnakan manusia dengan segenap perbedaan, dan semoga aku bisa belajar dari perbedaan itu”.
Untuk menghantarkan anak-anak kita ke puncak prestasi diperlukan kombinasi antara kepintaran, kecerdasan, dan bakat mereka. Kepintaran adalah kemampuan menyerap informasi. Ketika anak mampu membaca dan mengambil ilmu pengetahuan yang diserapnya, maka dia cukup pintar. Kepintaran akan berhenti di situ. Orang pintar akan banyak memiliki pengetahuan yang kadang terhambat dalam pengambilan keputusan. Kecerdasan adalah kemampuan mengelola kepintaran. Orang sukses tidak mesti pintar melainkan punya kemampuan mengelola orang pintar. Kecerdasan membuat anak kita mengetahui kepintaran orang yang cocok mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Sedang bakat adalah potensi bawaan yang memunculkan keunikan. Orang berbakat dalam bidang tertentu selalu bisa menghadirkan perbedaan. Dia bisa melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda dan unik. Ada yang berpendapat bahwa bakat bisa muncul dalam bentuk kreativitas. Kreativitas menghasilkan inovasi dalam bidangnya. Orang yang kreatif dengan mudah “stand out of the crowd”, tampil mempesona dengan penuh percaya diri.

II. Potensi Bawaan
Penemuan mutakhir membuktikan bahwa faktor pewarisan sifat-sifat manusia bukan pada kromosom yang kecil itu malah terdapat pada gen di dalamnya. DNA (Deoxyribonucleic Acid) atau Asam Deoksiribosanukleat merupakan tempat penyimpanan informasi genetik itu. Sebuah molekul DNA manusia menyimpan informasi yang sedemikian banyak dan rumit. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam DNA seseorang mengandung lima milyar potongan informasi yang beragam. Jika satu potong informasi yang ada dalam gen manusia dibaca setiap detik- tanpa henti- maka dibutuhkan waktu seratus tahun sebelum proses pembacaan itu selesai. Jika informasi dalam DNA itu dijadikan buku-buku, lalu ditumpuk maka tingginya akan mencapai tujuh puluh meter.
Potensi bawaan (Innate potential) seseorang akan bakat, kecerdasan,dan kecenderungan memang diakui keberadaannya. Masing-masing orang akan menampilkan perfomanya tidak akan lepas dari seputar potensi bawaannya. Persoalannya, tidak mudah melihat bakat seseorang tanpa kesungguhan dan konsistensi pengamatan serta pengukuran yang akurat. Jadi bakat bawaan setiap insan tidak lagi diperdebatkan ada dan tidak adanya, namun bagaimana melacak bakat bawaan itulah ikhtiar yang harus dilakukan. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi maka upaya mencari model penelusuran bakat terus disempurnakan oleh para ahli yang berkompeten.
Harus diakui bahwa pendekatan terhadap potensi bawaan anak di Indonesia masih menggunakan teori Renzulli. Di sana dijelaskan bahwa anak yang potensi bawaannya tinggi adalah IQ di atas rata-rata. Nilai /scoring dari hasil rata-rata; verbal, logika, numeric,task commitment dan kreativitas; dari kurang dari 80 s/d di atas 140 merupakan bentuk penyamarataan potensi. Ibarat membuat rerata dari obyek satuan yang berbeda; 45 m ditambah 35 kg ditambah 50 newton sama dengan 140. Angka 140 tidak punya nama satuan karena gabungan dari tiga satuan yang berbeda. Tentu itu tidak keliru karena memang sudah berlangsung lama dan tidak ada yang memprotesnya. Akan lebih bijak apabila dengan legowo pihak pendidik dan stakeholders terkait menggunakan konsep pendekatan ilmiah yang lebih baru. Pendekatan multidimensional dan dinamis yang mampu bukan hanya menjangkau konsep gifted dari perkembangan kognitifnya melainkan dari berbagai segi.
III. Pendidikan Anak Usia Dini
Mendidik sejak dini diyakini lebih efektif dibandingkan dengan usia-usia berikutnya. Mendidik tidak saja mentransfer ilmu melainkan juga nilai-nilai. If you want some body to do or not to do you must be an example. Begitu kata pakar pendidikan. Kita akan lebih efektif jika bersedia menjadi contoh daripada sekedar memberi contoh anak-anak kita. Pendidikan yang paling bermutu diyakini bermula dari rumah. Bagaimana seorang bapak mengelola waktu untuk dirinya dan untuk keluarganya sudah cukup menjadi pelajaran “profitable time management” buat anak-anaknya. Bagaimana seorang ibu dengan sabar mengelola uang belanja terbatas yang dirasakan dampaknya oleh seluruh anggota keluarga, sudah lebih dari cukup menjadi pembelajaran ekonomi riil buat anak-anaknya.
Kedudukan sekolah adalah kelanjutan proses belajar dari rumah. Para guru ibarat derigent sebuah orchestra pembelajaran tanpa batas. Konvensi PBB tentang Hak Anak menghormati hak pendidikan sebagai hak fundamental anak. Dalam situaasi apapun menurut Pasal 29 KHA, pendidikan anak harus tetap mengacu pada norma yang berbasis kesetaraan kesempatan. Hal ini dapat dimaknai bahwa kesetaraan bukan berarti harus sama dalam memperlakukan semua anak. Mereka punya potensi yang berbeda. Mereka individu yang merdeka dan unik. Mereka punya pesona yang beraneka ragam. Menyiapkan pola didik yang variatif merupakan jawaban untuk itu semua.
Ketika anak berumur kurang dari 5 tahun perkembangan otaknya sangat luar biasa pesat begitu pula daya tangkapnya. Mereka mempunyai daya tangkap jauh lebih besar dari orang dewasa. Semua yang ada di lingkungannya akan ditangkap melalui panca indranya dengan sangat cepat. Para ahli memberi informasi bahwa di dalam otak anak seumuran itu terdapat satu triliun jaringan, dua kali jumlah jaringan yang dimiliki orang dewasa. Itulah penyebab terjadinya akselerasi kerja otak. Sel-sel otak yang disebut neuron telah terhubung dengan sel-sel lain sebelum kelahiran.Sel-sel itu mengontrol detak jantung, nafas, reflex serta mengatur fungsi-fungsi lainnya. Sel-sel tersebut memberikan sinyal-sinyal dalam dorongan elektrik yang bergerak sepanjang sel syaraf. Masing-masing sel syaraf berhubungan dengan 15.000 sel lainnya yang disebut synapse. Synapse inilah yang sering disebut sel belajar.
Beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan produksi synapse sampai tiga kali orang dewasa pada anak yang berumur 3 sampai 10 tahun. Setelah itu otak memulai mekanisme kerjanya membuang synapse-synapse yang tidak dibutuhkan. Otak akan membuang synapse yang tidak dibutuhkan berdasarkan sel-sel yang sering digunakan. Kalau sel itu sering digunakan akan dipertahankan sedang yang tidak akan dengan sendirinya terbuang. Begitulah prinsip daya ingat pada proses belajar yang kita alami.
Para ilmuwan berpendapat, pengalaman awal anak secara mendalam akan memicu otak dalam mengubah pola pikir tentang kebutuhan-kebutuhan anak. Selain itu kapasitas individu untuk belajar dalam berbagai latar bergantung pada hubungan dengan alam atau bakat (nature) dan pengasuhan atau pendidikan (nuture) yang diberikan. Otak manusia terkonstruksi dalam cara-cara yang kompleks,evolutif dan sistemik sehingga mendapatkan pengalaman dan pendidikan akan lebih efektif jika pada tahun-tahun pertama kehidupan. Anak-anak pada usia itu biasa memberikan respons yang asertif, menantang dan punya sifat ingin tahu yang tinggi. Cara paling baik mengembangkan jaringan-jaringan otak belajar tadi dengan menyediakan kebutuan dan keperluan mereka. Lingkungan yang aman dan dipenuhi oleh orang-orang yang memberikan tanggapan terhadap kebutuhan anak akan memungkinkan optimalnya perkembangan proses belajar.

IV. Proses Belajar yang Memberdayakan
Siswa adalah subyek belajar. Guru/pengajar , pamong atau apapun namanya adalah fasilitator. Itu semboyan atau paling tidak istilah para tokoh aliran pemberdayaan. Saat guru bertanya “How are you? “ dan para siswa menjawab serentak “Iam fine” menunjukkan bahwa seakan jawaban yang benar adalah itu. Apa benar anak sekelas yang 30 orang keadaannya sama. Ok jika diharapkan bernilai sama, mengapa tidak ada varian jawaban seperti “Iam good”,” Iam be happy” atau semacamnya? Hal-hal serupa jamak kita temukan di kelas-kelas di lingkungan kita. Tidak salah sih namun itu akan kebawa dalam kebiasaan seterusnya bahwa berbeda sesuatu yang asing bahkan aneh.
Guru dan siswa di kelas adalah dua pihak yang terintegrasi dalam upaya membangun proses belajar yang interaktif. Kedua pihak mempunyai factor andil keberhasilan masing-masing. Guru dengan metode yang diplihnya ditambah komimen untuk sharing, sementara siswa dengan latar belakang keluarga yang memang terbiasa interaktif di rumah. Sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diyakini sebagai cirri belajar yang memberdayakan. Pertama hakikat pembelajaran, kedua teknik dan metode pembelajaran, ketiga prinsip pembelajaran, keempat manajemen kelas efektif, kelima teori-teori belajar dan yang keenam profesionalisme dalam pembelajaran.
Hakikat pembelajaran. Dalam banyak pengkajian timbul silang pendapat tentang hakikat belajar namun telah bisa ditarik benang merahnya. Yakni yang terpenting adalah adanya perubahan perilaku pada diri orang yang belajar. Bukan tambahnya pengetahuan melainkan perilaku yang dijadikan ukuran. “Learning always involves a change in the person who is learning,” kata Nicolich dan Wolfolk. Ada yang menambahkan bahwa; “To qualify as learning, this change must be brought about by experience, by the interaction of a person with his or environment” Jelas dari batasan itu pengalaman merupakan aspek penting dari belajar. Perubahan yang terjadi pada siswa setelah belajar harus dari pengalaman. Bukan dari mendapatkan informasi sepihak. Dengan begitu seharusnya pemberian pengalaman pada siswa didesain secermat mungkin agar bisa mengakomodir tingkat kedewasaan dan emosional siswa.
Metode pembelajaran. Di antara ragam pembelajaran yang kita fahami sekarang ini salah satunya adalah metode kontektual. Prof.Dr. Arief Rahman secara getol memperjuangkan metode ini. Dalam metode ini siswa diajarkan untuk kreatif, dimungkinkan bisa memberikan jawaban yang berbeda dengan guru. Siswa dipacu untuk mencari dan mencari daripada menerima secara sepihak dari guru. Guru dituntut untuk terbuka terhadap hal-hal yang baru dan menerima perbedaan sebagai keniscayaan. Pendekatan yang digunakan pun lebih personal dalam rangka pengembangan sosial-emosi-kognitif secara integratif. Jika metode ini dikembangkan kelak akan tercipta atmosfir kreatif pada para siswa. Persoalannya kembali pada guru dan sekolah. Siap dan bersediakah untuk sedikit lebih terbuka, proaktif dan akomodatif terhadap perubahan.
Prinsip belajar, manajemen kelas, teori-teori belajar serta profesionalisme pembelajaran adalah satu rangkaian yang tak terpisahkan. Paradigma baru pembelajaran haruslah kita sikapi secara bijak. Kebiasaan lama yang mendewa-dewakan aspek kognitif haruslah mulai dikurangi kalau tidak bisa ditinggalkan. Lebih-lebih sekarang kita ketahui bahwa hanya 20 persen andil IQ dalam keberhasilan, selebihnya ditentukan oleh EQ. Apalagi IQ tidak bisa ditingkatkan sebagaimana EQ yang bisa terus-menerus ditingkatkan secara simultan. Pendeknya perlu adanya re-orientasi proses belajar yang disesuaikan dengan keberbakantan siswa.

V. Prestasi Puncak Berawal dari Rumah
Prestasi anak adalah idaman kita sebagai orang tua. Setiap keluarga merumuskan prestasi dan idaman putranya bisa berbeda-beda. Paling tidak kita sepakat ada tiga idaman orang tua untuk anaknya. Pertama anaknya pintar, kedua sehat dan yang ketiga taat kepada orang tuanya dan agamanya. Demikian sebaliknya kita punya tiga ketakutan yakni negasi dari ketiga hal tersebut; yakni sakit-sakitan, bodoh dan nakal. Sekalipun hal tersebut bersifat umum namun prestasi macam apapun harus bermuara pada integrasi dari tiga hal itu. Di depan telah disinggung bahwa anak kita terlahir dengan membawa bakat yang berbeda. Karena potensi bawaannya berbeda tentu pemfasilitasannya pun harus berbeda guna mencapai prestasi yang optimal.
Paling gampang yang bisa kita amati dari anak kita adalah modalitas belajarnya. Dari informasi para ahli anak kita mempunyai tiga modalitas belajar; visual, auditorial dan kinestetik. Kedekatan ibu/bapak pada anaknya sangat memudahkan mengenali modalitas apa yang dimiliki anaknya. Modalitas belajar visual mengacu pada kesukaan dan kepekaan pada pengelihatannya. Indera pengelihatannya sangat dominan menerima, menyikapi dan menyimpan dibandingkan indera yang lain. Modalitas auditorial mengacu pada indera pendengarannya, dan modalitas kinestetik mengacu pada indera perabaannya. Di lapangan ditemukan ada yang sangat dominan salah satu inderanya di samping ada juga yang secara merata ketiganya. Ada pula yang dua menonjol sementara indera satunya lamban bahkan cenderung bebal. Variasi modalitas ini mesti dipahami sebagai titik tolak belajar serta acuan pemenuhan kebutuan atas rangsangan belajarnya.
Di samping mengenali modalitas belajarnya dicari pula kecerdasan majemuknya. Kecerdasan majemuk yang diperkenalkan oleh Howard Gardner meliputi delapan aspek yang sama-sama telah kita kenal. Kedelapan aspek tersebut berturut-turut adalah; Logika Matematika, Bahasa, Intrapersonal, Interpersonal, Kinestetik Jasmani, Visual Ruang, Musikal dan Naturalis. Dengan mengetahui kecerdasan mana yang menonjol dapat dengan lebih presisif mengarahkan, memilihkan kursus dan ketramplan yang menunjang. Di lapangan terbukti orang-orang sukses yang tidak ada hubungannnya dengan education-backgroun-nya ternyata bakatnya memang sesuai dengan prestasinya sekarang. Itulah sebabnya banyak orang berpendapat bahwa prestasi puncak berasal dari rumah dengan menemukan bakatnya.

VI. Langkah Arif untuk Anak Kita
1. Kita bersegera menemukan Modalitas Belajar anak-anak kita
2. Kita bersegera menemukan Kecerdasan Majemuknya
3. Kita berusaha untuk tidak membanding-bandingkan prestasi mereka
4. Kita berdayakan Kecerdasan yang menonjol dengan memfasilitasinya
5. Kita iringi doa demi doa agar mereka bisa meraih impannya

sumber : http://konsultasi.dmiprimagama.com

Sekolah Menengah Atas

Sekolah menengah atas (SMA) merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 18 diatur tentang pendidikan menengah yaitu: Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Prosedur Operasi Standar (POS) & Tata-Tertib Ujian Nasional 2012/2013

Berikut ini Prosedur Operasi Standar (POS) & Tata-Tertib Ujian Nasional 2012/2013 : Download Disini :
- POS UN SMP/MTs dan yang sederajat, SMA/MA/SMK dan yang sederajat Tahun 2013
- Tata Tertib Pengawas UN

Kisi-Kisi Ujian Nasional 2012/2013

Berikut ini kisi-kisi Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2012/2013
SK-Kisi-Kisi-tahun-2012-2013.pdf &
Kisi-Kisi-SMP-SMA-SMK-PLB-tahun-2012-2013.pdf

Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Kriteria Kelulusan dan Penyelenggaraan Ujian Nasional

Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah /Madrasah / Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, dapat diunduh pada lampiran di bawah ini:
Download Disini Permendikbud Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik

Jadwal Ujian Nasional SMA/MA/SMK 2012/2013

SMA dan MA

No
Hari dan Tanggal
Jam
Mata pelajaran
Program
IPA
Program
IPS
Program Bahasa
MA Program Keagamaan
1.
UN
Senin, 15 April 2013
07.30 – 09.30
Bahasa
Indonesia

Bahasa
Indonesia

Bahasa
Indonesia

Bahasa Indonesia

UN Susulan
Senin, 22 April 2013

2.
UN
Selasa, 16 April 2013

07.30 – 09.30
10.30 – 12.30
Fisika
Bahasa
Inggris
Ekonomi
Bahasa
Inggris
Bahasa Asing
Bahasa Inggris

Tafsir
Bahasa Inggris

UN Susulan
Selasa, 23 April 2013
3.
UN
Rabu, 17 April 2013
07.30 – 09.30
Matematika
Matematika
Matematika
Matematika
UN Susulan
Rabu, 24 April 2013
4.
UN
Kamis, 18 April 2013
07.30 – 09.30
10.30 – 12.30
Kimia
Biologi

Sosiologi
Geografi

Antropologi
Sastra Indonesia
Fikih
Hadis

UN Susulan
Kamis, 25 April 2013

SMK
No
Hari dan Tanggal
Jam
Mata pelajaran

UN: Senin, 15 April 2013
07.30 – 09.30
Bahasa Indonesia
UN Susulan: Senin, 22 April 2013

UN: Selasa, 16 April 2013
07.30 – 09.30
Bahasa Inggris
UN Susulan: Selasa, 23 April 2013

UN: Rabu, 17 April 2013
07.30 – 09.30
Matematika
UN Susulan: Rabu, 24 April 2013

Kelemahan Guru dalam Mengajar


Tulisan ini bukan merupakan kesimpulan atas kinerja guru secara umum, tetapi hanyalah merupakan temuan penulis selama melaksanakan supervisi kunjungan kelas pada beberapa sekolah yang menjadi binaan penulis ditambah dengan pengamatan penulis pada saat mengikuti kegiatan lesson study MGMP Bahasa Inggris beberapa waktu yang lalu. Sengaja diberi judul demikian karena yang akan dipaparkan adalah kelemahan-kelemahan yang nyata ditemukan penulis. Hal ini dimaksudkan agar bisa menjadi input bagi para guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajarannya.
Dari pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dapat dikemukakan beberapa kelemahan antara lain :
  1. Guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir. Dalam RPP juga tercantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP juga telah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upaya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam mengajar.Kenyataannya RPP tidak difungsikan, bahkan ada guru yang mengajar tanpa bertpedoman pada RPP. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak terarah.
  2. Guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar. Alat bantu mengajar sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-benda yang nyata. Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa. Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah-dan ceramah saja.
  3. Guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa. Pengetahuan ten tang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menetapkan strategi mengajar, bahkan untuk mengajukan pertanyaanpun diperlukan pemahaman tentang kemampuan awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses pe,mbelajaran yang dilkukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesultan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yangs edang dibahas oleh guru cenderung berperilaku “menyimpang” seperti: melamun, menulis atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.
  4. Penggunaan papan tulis yang kurang tepat. Pada umumnya guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan Pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajarannya. Penulisan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran ini bergna sebagai kontrol bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari jalur. Kecenderungan lainnya adalah penggunaan papan tulis yang kaacau. Siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dibahas, dan untuk apa hal itu dibahas. Guru terlalu sibuk menulis dan membuat ilustrasi di papan tulis yang kadang-kadang sulit ditangkap siswa dan tidak disimpulkan.
  5. Tidak melaksanakan evaluasi. Dengan alasan kekurangan waktu seringkali guru tidak melaksanakan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Evaluasi ini bertguna bagi guru untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran yang dilakukannya. Dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir kegiatan /bahasan akan bisa mendeteksi siswa mana yang masih kesulitas dan pada bagian apa siswa merasa sulit. Hal ini akan sangat berguna bagi guru dalam membantu siswa
Apabila 5 macam kelemahan guru ini dapat diperbaiki, maka peoses pembelajaran akan menjadi lebih bermutu dan muaranya nanti pada hasil belajar yang lebih baik. Perubahan pada kelima kelemahan tersebut tidak memerlukan biaya. Yang diperlukan hanyalah kesadaran diri untuk memberikan yang terbaik kepada siswa. Kepala sekolah dapat berperan dalam perbaikan proses pembelajaran ini dengan cara lebih sering melaksanakan supervisi kunjungan kelas.
Sumber dari : http://www.pusatartikel.com/

Guru


Definisi guru diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Pasal 1 ayat 1)
Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.
Guru terdiri dari guru pegawai negeri sipil (PNS) dan guru bukan pegawai negeri sipil. Guru bukan PNS dapat melakukan penyetaraan angka kredit fungsional guru. Penetapan jabatan fungsional Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dan angka kreditnya, bukan sebatas untuk memberikan tunjangan profesi bagi mereka, namun lebih jauh adalah untuk menetapkan kesetaraan jabatan, pangkat/golongan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sekailgus demi tertib administrasi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil.